Jumat, 11 Juni 2010
Gerimis belum juga reda ketika magrib telah lewat. Setelah menyusuri jalanan yang basah, aku menepikan motorku tepat di samping sebuah tenda warung makan di pinggir jalan. Kali ini aku ditraktir makan oleh teman. Sambil menunggu pesanan disiapkan, mataku tertarik memperhatikan dua anak kecil yang sedang bersenda gurau di sudut meja yang lain.
Badannya agak dekil dengan pakaian yang lusuh dan terlihat kebesaran. Sesekali mereka juga mengalihkan pandangan ke arahku sambil tertawa. Ada yang salah denganku ?? Ahh..,biarlah, namanya juga anak-anak. Mungkin mereka adalah anak si pemilik warung tersebut, pikirku.
Tak berselang lama kemudian, pesanan kami pun datang. Dua porsi ayam lalapan yang siap disantap dengan sepiring nasi santan yang masih hangat, yummii…!! Mataku kini beralih ke arah makanan yang berada di hadapanku. Dan tak lagi memperhatikan kedua anak kecil tersebut, kecuali tawa mereka yang masih tetap terdengar ceria. Tawa khas anak kecil.
Mungkin karena terlalu serius makannya, tanpa kusadari anak-anak kecil itu telah berada di sampingku. Hanya dipisahkan oleh sebuah kursi plastik kecil. Mereka memperhatikan aku makan sambil tertawa cekikan. Huffft…!! Dasar anak kecil. Nggak tau apa kalau aku paling nggak mau diperhatikan kalau lagi makan. Karena merasa nggak enak, aku menatap mereka dengan mata melotot.
“ada apa dek ?” tanyaku heran.
Mereka tak menjawab, hanya telunjuknya kulihat dia arahkan ke arah barisan piring di hadapanku yang sudah hampir kosong semuanya. Tapi aku tidak tau sama sekali maksud mereka.
“kak, bisa minta ayamnya?” Tanya salah satu dari mereka.
“hah…ayam ini?” aku mempertegas maksud pertanyaan mereka yang kemudian mereka balas dengan anggukan berbarengan.
“kami belum makan malam, kak”
“tapi ini makanan sisa dek. Kalian mau makan makanan sisa ?”
“iyah, nggak apa-apa kak. Kami mau”
“Ibu kalian dimana? Tanyaku lagi.
“di rumah” jawab mereka serempak
“ ya sudah. Mending kalian pulang saja dek, minta makan sama orang tuamu sana”
“tapi kami nggak punya beras”
“Duhhh...Masya Allah. Masa sampe segitunya” pikirku
Mungkin karena aku belum juga mengiyakan ataupun menolak permintaannya. Mereka akhirnya perlahan-perlahan menjauh. Terlebih ketika mendengar aku menyuruh pemilik warung untuk segera membereskan piring-piringnya. Ya Allah, salahkah aku dengan perbuatanku?? mudah-mudahan saja aku tidak dipersalahkan atas semua ini. Lagipula aku melakukannya juga bukan karena tanpa alasan.
Aku bukannya tidak ingin memberi, tapi hati kecilku berontak. Rasa ketidaktegaanku masih jauh lebih besar daripada rasa kasihanku. Aku memang kasihan melihat mereka yang memelas seperti itu, apalagi mereka adalah anak kecil. Tapi aku lebih tidak tega jika mereka makan makanan sisa milikku. Mereka bukan kucing ataupun anjing yang bisa makan apapun yang disodorkan di hadapannya. Mereka adalah manusia yang harus diperlakukan selayaknya manusia sekalipun mungkin keadaanya tidak seberuntung kita.
Mungkin ini hanyalah segelintir pengalaman dari ribuan kisah-kisah memilukan dari adik-adik kita di luar sana. Di beberapa ruas jalan tak jarang kudapati anak-anak yang lain berlomba menghampiri kendaraan-kendaraan yang berhenti. Sambil bernyanyi dengan modal suara pas-pasan. Dengan mata yang berharap ada tangan-tangan yang mengulurkan uang recehan kepada mereka, walau tak jarang berbuah kecewa. Ada juga yang dengan peluh menempel dijidatnya, mendekap koran jualan mereka di dadanya. Mengejar kendaraan dan berharap ada yang belum membaca berita ibukota hari ini.
Memang sangat ironis dan tak ada yang ingin seperti itu. Tapi keadaanlah yang memaksa mereka. Padahal usia mereka mungkin tak jauh beda dari adik dan keponakan-keponakan kita. Usia-usia sekolah. Usia yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar dan menikmati masa kecilnya.
Sejatinya, anak-anak kecil itu adalah ibarat malaikat di dalam keluarganya. Mereka adalah buah dari kasih sayang orang tuanya yang harusnya juga mendapat limpahan cinta dari mereka. Tapi kadang kenyataan berbanding terbalik dari yang kita harapkan. Mereka kini ibarat malaikat, tapi malaikat-malaikat yang terlantar. Malaikat yang harus hidup dari uluran tangan orang lain. Memprihatinkan.
Tapi yakinlah bahwa Tuhan selalu punya rahasia bagi ummatnya yang ingin terus mengambil hikmah dan pelajaran. Mungkin kehadiran mereka bisa membuat kita lebih mensyukuri apa yang telah Dia berikan. Jangan pernah merasa menjadi orang yang paling pintar dan paling hebat. Apalagi sampai menentang kekuasaan-Nya. Karena ibarat samudera, kita hanyalah tetesan-tetesan kecil dari kekuasaannya yang maha luas.
Hubungan cinta tidak selamanya berjalan mulus. Ada yang sukses hingga ke jenjang pernikahan dan kemudian membuahkan anak. Namun lebih banyak hubungan cinta yang berakhir prematur dengan kedua pihak kembali menjalankan kehidupan lajangnya masing-masing. Ada yang berakhir baik-baik dengan keduanya saling mengucapkan terima kasih dan masih menjadi teman dekat. Ada pula yang berakhir tidak baik dengan keduanya saling mengucapkan sumpah serapah dan berurai air mata. Bagaimanapun juga, hubungan cinta yang kandas pasti sedikit banyak menimbulkan penderitaan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak mana sebenarnya yang paling menderita akibat putus cinta?
Prialah yang sebenarnya paling menderita, menurut David Zinczenko, kolumnis majalah Men’s Health. Ia menolak anggapan umum bahwa pria lebih tegar daripada wanita dalam menghadapi putusnya hubungan percintaan. Apa saja alasannya?
Pria Menyembunyikan Perasaannya. Ketika seorang pria diputuskan oleh pasangannya, biasanya ia akan sesumbar: Biar saja, life still goes on. Caranya? 26% pria yang mengisi survei online Men’s Health melakukannya dengan minum-minum bersama teman-temannya. 36% pria akan menatap mantan pacarnya, tersenyum, dan mengucapkan terimakasih. Faktanya, kedua hal tersebut dilakukan pria untuk menutup-nutupi perasaannya. Ini adalah reaksi yang alamiah; gender pria dikondisikan masyarakat untuk tidak gampang menunjukkan perasaan, apalagi perasaan yang membuatnya terlihat lebih lemah. Namun represi ini juga berakibat sulitnya menghilangkan perasaan terluka, marah, atau sedih dari dirinya. Sebaliknya, wanita yang putus cinta biasanya langsung menangis (atau mengekspresikan emosinya) saat itu juga, dan wanita juga cenderung lebih to-the-point ketika mengakhiri hubungan cinta. Akhirnya mereka akan lebih cepat menghilangkan perasaan-perasaan negatif itu dibandingkan pria.
Pria Punya Lebih Sedikit Teman Curhat. Salah satu alasan mengapa wanita lebih cepat pulih dari penderitaan pasca putus cinta daripada pria adalah karena wanita memiliki lebih banyak teman yang bisa diandalkan untuk bercerita. Penelitian menunjukkan bahwa pria mengandalkan hubungan cinta untuk mendapatkan kedekatan emosional dan dukungan sosial, sementara wanita bisa mendapatkan hal yang sama dengan keluarga dan teman sesama wanita. Begitu wanita mengalami putus cinta, ia akan bercerita kepada siapa saja, kalau perlu kepada orang yang tidak dikenal yang duduk di sebelahnya di bis umum, agar perasaannya bisa lebih enak. Pria, di sisi lain, cenderung lebih enggan membuka diri untuk soal ini. Mungkin baru beberapa bulan kemudian, ketika dalam keadaan setengah teler, baru ia berani bercerita kepada teman-teman prianya mengenai betapa inginnya ia kembali lagi dengan si mantan.
Pria Tidak Suka Memulai Dari Awal Lagi. Setelah putus cinta, pada awalnya pria mungkin akan merasa semangat membayangkan wanita-wanita yang akan ia kencani di masa depan. Namun setelah kencan yang keempat, kesembilan, atau ketigabelas kalinya, barulah ia sadar kalau dibutuhkan usaha keras dan waktu yang panjang untuk sampai pada tingkat keintiman yang pernah ia alami bersama mantannya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mampu menyesuaikan diri ketika hubungan berakhir karena sebelumnya mereka sudah memikirkan adanya kemungkinan itu, sementara pria biasanya lebih tidak siap dengan putus cinta. Perasaan nyaman secara emosional membuat pria merasa beruntung bisa memiliki seseorang seperti dia. Sayangnya, hal ini seringkali baru disadari ketika si dia sudah berubah status menjadi mantan pacar.
Gambaran Pacaran Pria Yang (Terlalu) Ideal. Banyak kasus putus cinta merupakan reaksi sesaat atas apa yang dirasa sebagai kebosanan; bosan dengan aktivitas, pembicaraan, dan pertengkaran yang itu-itu saja. Kalau kembali melajang, pria mungkin merasa ia akan menjalani hidup yang lebih menarik; tanpa komitmen, bebas pergi ke mana saja, dan bebas bergaul dengan wanita-wanita yang bisa dijadikan pacar baru. Barulah ketika benar-benar melajang ia sadar bahwa hidupnya tidak menjadi seperti itu, bahkan sekarang waktunya tersita oleh pekerjaan. Ia pun kembali merindukan keintiman yang dia alami pada masa pacaran dulu. Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih tinggi skornya daripada pria dalam hal keintiman sosial, seksual, dan intelektual. Dan biasanya wanita juga lebih cepat menyadari bahwa keintiman adalah dasar dari hubungan yang tahan lama, dan bukannya sekedar variasi aktivitas.
Menurut Zinczenko pula, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria lebih rentan mengalami stres, depresi, dan kecemasan ketika putus cinta dibandingkan dengan wanita. Itu menurut dia. Bagaimana pendapat anda? Apakah anda memiliki pengalaman yang membenarkan atau menyangkal pendapat ini?
Pada namamu rayz, jemariku kembali menari tak lelah merangkai kata. Menggubah sepotong pesan untukmu. Menanya perihal kabarmu di dekapan malam, kala ini. Tak begitu panjang, hanya dua potong kata.
Namun...
entah kenapa hatiku tiba-tiba berubah arah. Inginku pun mendadak hilang. Maka oleh jemari ini pula, rangkaian kata itu ku penggal satu per satu hingga tak tersisa. Kosong dalam layar hapeku.
rayz...
Tak bisa ku ingkari bahwa kadang hati merindu kabarmu. Tapi kadang pula dia merasa tak enak, ketika segerombolan pesan yang ku titip pada hembus angin untukmu, ternyata menghilang tak terbalas. Mungkin angin pun menguap sebelum pesanku tersampaikan. Mungkin juga, angin telah membisikimu tapi kau lupa menyapaku. Ataukah engkau tak ingin diganggu. Entah..!! Yang jelas, kadang hati dan pikiran tak bisa aku lerai tatkala berdebat tentangmu. Kadang hati yang menang dan tak jarang pula ia yang harus mengalah walau tersenyum kecut. Seperti di awal senja ini, ketika pesan itu kembali tak aku sampaikan padamu.
Hati...
Menyadarlah sejenak. Berkacalah pada kisah. Kau itu bukan milik siapa-siapa. Kau milikku seutuhnya, bukan miliknya. Jadi tak mengapalah ketika dia mengacuhkannmu kala kau merindunya. Baginya, mungkin kau tak lebih dari seonggok rasa yang tak pernah bisa didengarnya sekalipun kau berteriak, apalagi jika hanya hembusan bisik seperti saat ini, di atas ruang hampa yang membekapmu.
Hati...
Mendiamlah sejenak.
Sssssttt....!!!
Dengarkan...ada sepotong hati yang lain sepertimu di luar jendelamu. Tak inginkah kau menyingkap selubungmu untuknya ? Mungkin dia mampu mengusir sepimu ? Syukur-syukur kalau dia ternyata mampu mendekapmu dalam bahagia selamanya...
....dan Hati pun kembali meriang...
Entah ini kali yang keberapa sosok itu menyapaku dalam lelap.
Pagi ini dia kembali lagi, di antara aroma subuh, sebelum helai-helai fajar disingkap oleh pagi, mengawali geliat kehidupan. Aku selalu menyukai hadirnya. Walau hanya dalam semerbak bayang-bayang dan pula itu kada melenakan aku untuk segera terjaga dan bangkit merangkai hidup yang sesungguhnya.
Aku tak tahu mengapa aku begitu menyenangi hadirnya dalam mimpiku. Mungkin, karena aku pernah berharap mendapatkan kekasih seperti dirinya. Yah...bisa jadi. Dan bisa jadi pula karena terkadang hatiku diam-diam melukis rindu dalam lembaran khayalku. Dan rindu itu ternyata untuknya.
Aku tak bisa menyalahkan perasaan dan menderanya dengan logika-logika. Karena sesalah bagaimanapun dia di mata orang, dia tetaplah benar untuk dirinya sendiri, walaupun tak jarang dia menjadi tak logis. Tapi itulah perasaan, yang ibarat anak kecil yang polos, akan pasti menangis ketika kau menghakiminya.
Dulu, sebelum kami merasa terpisah seperti ini, tak jarang kami berbagi kisah dan menyulam harapan.
"Aku mengharapkan seseorang yang bisa memberikan aku perhatian padaku. Yang bisa aku ajak berbagi. Bukan orang yang cuek, tanpa perhatian"
Begitulah dia biasa mencurahkan isi hatinya padaku. Dan aku tak perlu bercuap panjang lebar tentang harapanku
"Sama. Aku juga berharapa seperti itu" Harapan yang sangat singkat, tapi padat untuk membentuk suatu hubungan. Aku menatap kelopak matanya dalam-dalam sambil melukis senyum berdua.
"Ahhhhh...!!!! tidak kah kau tahu, bahwa segala yang aku harapkan ternyata telah ada di dalam dirimu." Bisikku dalam hati. Mendiam dalam kekaguman. Walau kadang terselip canda, tapi tidakkah kau merasa bahwa tiap kata yang aku ucap kala itu, yang ada hanyalah kesungguhan rasa. Aku sudah legah, karena aku telah berkata apa adanya, sekalipun acap kau anggap hanya canda yang ada."
Aku sadar bahwa cinta tak pernah salah. Kita tak pernah tahu kapan dia akan datang, dan kapan pula dia akan pergi. Serta di lembah hati mana dia akan terjatuh. Tetapi, ketika yang ada hanya cinta tanpa logika, maka yang lahir hanyalah keegoisan. Dan dilema itulah yang ada di antara kita. Andaikata kita terlalu menurutkan perasaan, maka sepotong hati yang lain pasti akan teriris. Dan itu adalah SAHABATMU, yang juga kekasihku.
Aku tak ingin, asaku untuk mencintaimu ternyata telah menyulap sembilu yang menancap di hatinya dalam-dalam. Maka, ku biarkanlah perasaan itu mengalah sesaat, walaupun terkadang dia masih muncul tiba, dan sayangnya aku sama sekali tak kuasa untuk mengusirnya. Semua itulah yang mungkin menjelma menjadi bayang-bayang dirimu dalam tidurku.
Pagi itu, dia kembali menyapaku. Menanya kabar sahabatnya. Tapi mengapa bayangnya tiba-tiba saja menelungkupkan wajah di kedua belah tangannya. Suaranya terisak dan tiba-tiba saja matanya berderai. Tak lama kami bercakap, karena pada waktu yang terlampau singkat, bayangnya memudar dan menghilang laksana debu tersapu angin. Dan yang ada, hanya pagi yang ku gapai. Dan juga sepotong rindu yang telah kau titip di hatiku.
Aku terbangun....
Selasa, 08 Juni 2010
Dalam kelas baru murid sekolah dasar kelas 1. Seperti biasa terjadi kenal mengenal antara guru dan murid.
Guru : “Siapa nama kamu?”
Murid : “Amelia”
Guru : “Kalau ibu kamu siapa?”
Murid : “Mama”
Guru : “Maksud ibu guru, nama Ibu kamu”
Murid : “Iya , Mama”
Guru : “Okelah, sekarang bagaimana Ayah kamu panggil Ibu kamu?”
Murid : “Eh, monyong”
=====================================================
Seorang pasien wanita jatuh cinta dengan dokter giginya sampai mereka seakan tidak dapat dipisahkan lagi.
Dokter : “Sayang, sudah saatnya kita mulai untuk tidak usah bertemu lagi, karena suatu saat kemungkinan hubungan kita akan terbongkar oleh suami kamu bila kita begini terus”
Pasien : “Tenang sayang, suamiku itu bodoh. Buktinya udah 6 bulan ini dia tidak pernah curiga kalau aku sering alasan pergi ke dokter gigi”
Dokter : “Iya sayang, tapi sekarang gigimu tinggal satu”
=====================================================
Suatu hari Andi yang baru berumur lima tahun kepergok sedang memainkan telepon oleh ibunya, ketika dia tau buru-buru gagang telepon itu disimpannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya ibunya kemudian.
“Telepon tante Sarah”
“Bagaimana kamu bisa menelepon dia? Nomornya aja kamu belum tahu, kan?”
“Aku tahu dan aku tadi menelepon dia,” jawab Andi cepat.
Ibunya memberi penjelasan dan meyakinkan Andi bahwa dia tidak tahu nomor telepon tante Sarah tapi Andi tetep aja keukeuh bahwa tadi dia meneleponnya.
“Baik,” kata ibunya,”Lalu apa yang dia katakan waktu tadi kamu meneleponnya?”
“Dia bilang ’salah sambung….’” =))
=====================================================
Ini merupakan percakapan antara dokter dengan seorang pasien bernama Gugun yang kena penyakit diare.
Dokter : “Sakit apa,…?”
Gugun : “Anu dok,… mual-mual dan muntah-muntah.”
Dokter : “Buang air besarnya bagaimana,…?”
Gugun : “Seperti biasa dok, jongkok.”
=====================================================
Pasien : “Dok… setiap saya minum kopi dari cangkir, rasanya mata kanan saya seperti ada yang menusuk-nusuk dok.”
Dokter : “OOO.. itu masalahnya. Kalo begitu, setiap mau minum kopi keluarkan dulu sendoknya dari dalam cangkir.”
Pasien : “O… Terima kasih, Dok..”
=====================================================
Seorang pria datang ke dokter kelamin dengan keluhan,
“Dokter, alat kelamin saya kok Merah-merah?”
Dokter pun menjawab, “Wah gawat itu, jangan-jangan anda terkena penyakit kelamin yang menular”.
Lalu dokter dan pria itu pun masuk ke kamar periksa untuk diperiksa oleh dokter tersebut,
“Coba kita lihat alat kelamin saudara”, kata sang dokter.
Setelah melihat dengan teliti dokter itu pun berdiri dan kembali ke ruang prakteknya.
“Bagaimana dok, apa penyakit saya?”, tanya pria itu.
Dokter pun menjawab, “Lain kali bilang sama pacar kamu kalau memakai lipstik jangan tebal-tebal…” :D
=====================================================
Seorang lelaki dengan tergesa-gesa dan terburu-buru menyerobot masuk ke ruang bersalin, dan beberapa saat kemudian lelaki itu tampak keluar didorong memakai kursi roda oleh seorang suster karena pingsan. Sarman heran kenapa lelaki ini, karena penasaran Udin segera menghapiri beberapa dokter yang ada di ruang bersalin.
Sarman bertanya, “dok, boleh tahu kenapa lelaki yang baru datang tadi tiba tiba pingsan?”
Dengan tenang si dokter menjawab, “Oh itu dia terburu-buru datang kesini karena isterinya akan segera melahirkan, tapi dia lupa sesuatu,”
“Lupa apa, dok?” tanya Sarman lagi.
“Dia lupa membawa istrinya.” kata dokter. :-/
=====================================================
Guru : “Anak anak, Indonesia terletak antara dua samudra dan dua…?”
Murid : “Benuaaaa….!”
Guru : “Salah ! Yang benar Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua duanya amatlah dalam…!”
Guru : “Sekarang flora dan fauna. Kalau akan paus binatang mamalia , buaya binatang reptilia, kambing binatang herbivora. Sedangkan macan adalah binatang….?”
Mudrid : “Carnivora !”
Guru : “Kalian ini memang bodoh ….Macan adalah binatang yang amat menakutkan…!”
Murid : ?????? :-/
=====================================================
ketika itu Saroso duduk di kelas 1 SMP. Sampailah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan gurunya menanyakan siapa yang menemukan listrik. Karena tak seorangpun murid menjawab,
Saroso memberanikan diri untuk menjawab.
Saroso : Oh, kalau itu saya tahu bu, itu pasti Thomas Alva Edison
Bu guru : Agak jengkel ibu guru bertanya , Mengapa tidak dari tadi kamu
menjawabnya, padahal kamu bisa.
Saroso : Saya masih bingung bu??, kalau Thomas Alva Edison yang menemukan listrik. Trus siapa bu yang menghilangkan listiknya???
=====================================================
Guru : “Empat orang wanita cantik sedang berjalan di depan rumahku.”. Adi, coba ubah kalimat tadi menjadi kalimat seru.!
Adi : “WOOOW…!!!”
=====================================================
Ada seorang siswa yang sangat malas ke sekolah. Sebut saja namanya Udin. Ketika dia datang, langsung dihadang oleh gurunya sembari
bertanya.
Guru : “Udin, kenapa kamu tak pernah datang ke sekolah 1 minggu terakhir ini ?”
Udin : “Saya tidak datang karena hujan, bu.”
Guru : “Kalau hujan tidak berhenti selama 1 bulan, apa artinya itu,
Udin ?”
Udin :”Itu artinya banjir, bu.”
Guru : “Siapa nama kamu?”
Murid : “Amelia”
Guru : “Kalau ibu kamu siapa?”
Murid : “Mama”
Guru : “Maksud ibu guru, nama Ibu kamu”
Murid : “Iya , Mama”
Guru : “Okelah, sekarang bagaimana Ayah kamu panggil Ibu kamu?”
Murid : “Eh, monyong”
=====================================================
Seorang pasien wanita jatuh cinta dengan dokter giginya sampai mereka seakan tidak dapat dipisahkan lagi.
Dokter : “Sayang, sudah saatnya kita mulai untuk tidak usah bertemu lagi, karena suatu saat kemungkinan hubungan kita akan terbongkar oleh suami kamu bila kita begini terus”
Pasien : “Tenang sayang, suamiku itu bodoh. Buktinya udah 6 bulan ini dia tidak pernah curiga kalau aku sering alasan pergi ke dokter gigi”
Dokter : “Iya sayang, tapi sekarang gigimu tinggal satu”
=====================================================
Suatu hari Andi yang baru berumur lima tahun kepergok sedang memainkan telepon oleh ibunya, ketika dia tau buru-buru gagang telepon itu disimpannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya ibunya kemudian.
“Telepon tante Sarah”
“Bagaimana kamu bisa menelepon dia? Nomornya aja kamu belum tahu, kan?”
“Aku tahu dan aku tadi menelepon dia,” jawab Andi cepat.
Ibunya memberi penjelasan dan meyakinkan Andi bahwa dia tidak tahu nomor telepon tante Sarah tapi Andi tetep aja keukeuh bahwa tadi dia meneleponnya.
“Baik,” kata ibunya,”Lalu apa yang dia katakan waktu tadi kamu meneleponnya?”
“Dia bilang ’salah sambung….’” =))
=====================================================
Ini merupakan percakapan antara dokter dengan seorang pasien bernama Gugun yang kena penyakit diare.
Dokter : “Sakit apa,…?”
Gugun : “Anu dok,… mual-mual dan muntah-muntah.”
Dokter : “Buang air besarnya bagaimana,…?”
Gugun : “Seperti biasa dok, jongkok.”
=====================================================
Pasien : “Dok… setiap saya minum kopi dari cangkir, rasanya mata kanan saya seperti ada yang menusuk-nusuk dok.”
Dokter : “OOO.. itu masalahnya. Kalo begitu, setiap mau minum kopi keluarkan dulu sendoknya dari dalam cangkir.”
Pasien : “O… Terima kasih, Dok..”
=====================================================
Seorang pria datang ke dokter kelamin dengan keluhan,
“Dokter, alat kelamin saya kok Merah-merah?”
Dokter pun menjawab, “Wah gawat itu, jangan-jangan anda terkena penyakit kelamin yang menular”.
Lalu dokter dan pria itu pun masuk ke kamar periksa untuk diperiksa oleh dokter tersebut,
“Coba kita lihat alat kelamin saudara”, kata sang dokter.
Setelah melihat dengan teliti dokter itu pun berdiri dan kembali ke ruang prakteknya.
“Bagaimana dok, apa penyakit saya?”, tanya pria itu.
Dokter pun menjawab, “Lain kali bilang sama pacar kamu kalau memakai lipstik jangan tebal-tebal…” :D
=====================================================
Seorang lelaki dengan tergesa-gesa dan terburu-buru menyerobot masuk ke ruang bersalin, dan beberapa saat kemudian lelaki itu tampak keluar didorong memakai kursi roda oleh seorang suster karena pingsan. Sarman heran kenapa lelaki ini, karena penasaran Udin segera menghapiri beberapa dokter yang ada di ruang bersalin.
Sarman bertanya, “dok, boleh tahu kenapa lelaki yang baru datang tadi tiba tiba pingsan?”
Dengan tenang si dokter menjawab, “Oh itu dia terburu-buru datang kesini karena isterinya akan segera melahirkan, tapi dia lupa sesuatu,”
“Lupa apa, dok?” tanya Sarman lagi.
“Dia lupa membawa istrinya.” kata dokter. :-/
=====================================================
Guru : “Anak anak, Indonesia terletak antara dua samudra dan dua…?”
Murid : “Benuaaaa….!”
Guru : “Salah ! Yang benar Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua duanya amatlah dalam…!”
Guru : “Sekarang flora dan fauna. Kalau akan paus binatang mamalia , buaya binatang reptilia, kambing binatang herbivora. Sedangkan macan adalah binatang….?”
Mudrid : “Carnivora !”
Guru : “Kalian ini memang bodoh ….Macan adalah binatang yang amat menakutkan…!”
Murid : ?????? :-/
=====================================================
ketika itu Saroso duduk di kelas 1 SMP. Sampailah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan gurunya menanyakan siapa yang menemukan listrik. Karena tak seorangpun murid menjawab,
Saroso memberanikan diri untuk menjawab.
Saroso : Oh, kalau itu saya tahu bu, itu pasti Thomas Alva Edison
Bu guru : Agak jengkel ibu guru bertanya , Mengapa tidak dari tadi kamu
menjawabnya, padahal kamu bisa.
Saroso : Saya masih bingung bu??, kalau Thomas Alva Edison yang menemukan listrik. Trus siapa bu yang menghilangkan listiknya???
=====================================================
Guru : “Empat orang wanita cantik sedang berjalan di depan rumahku.”. Adi, coba ubah kalimat tadi menjadi kalimat seru.!
Adi : “WOOOW…!!!”
=====================================================
Ada seorang siswa yang sangat malas ke sekolah. Sebut saja namanya Udin. Ketika dia datang, langsung dihadang oleh gurunya sembari
bertanya.
Guru : “Udin, kenapa kamu tak pernah datang ke sekolah 1 minggu terakhir ini ?”
Udin : “Saya tidak datang karena hujan, bu.”
Guru : “Kalau hujan tidak berhenti selama 1 bulan, apa artinya itu,
Udin ?”
Udin :”Itu artinya banjir, bu.”
Langganan:
Postingan (Atom)